Search Suggest

Munajat Cinta Para Pecinta (Imam Al-Ghazali)

3 min read
MUNAJAT CINTA PARA PECINTA

Imam Al-Ghazali dalam kitab Al-Mahabbah wa asy-syauq wa al-uns wa ar-ridha

Dikisahkan bahwa Nabi Dawud a.s. diperintahkan oleh Allah SWT untuk menemui 14 orang suci di Gunung Libanon. Mereka adalah para pencinta Allah sejati. Mereka terdiri dari anak muda, orang setengah baya dan orang tua. Nabi Dawud diutus untuk memberi kabar gembira kepada mereka.
“Kalau sudah sampai disana, sampaikan salam-Ku kepada mereka, ‘Tuhan kalian mengucapkan salam untuk kalian.’ Katakan juga pesan-Ku, ‘Apakah kalian tidak meminta sesuatu? Kalian adalah para pecinta-Ku, para sahabat-Ku, dan para kekesih-Ku. Aku senang jika kalian senang. Aku pun segera mencintai kalian!”

Nabi Dawud a.s. pun datang menemui mereka. Beliau menyaksikan sendiri apa yang terjadi pada mereka saat berjumpa. Setiap mata mereka terlihat larut dalam perenungan tentang kebesaran Allah Azza wa Jalla. Tapi, begitu melihat ada yang datang, mereka bangkit hendak meninggalkan Nabi Dawud. Maka, beliau langsung berkata, “Aku adalah utusan Allah untuk kalian. Aku datang untuk menyampaikan risalah Rabb kalian.”

Mereka lalu menghampirinya, mengarahkan pendengaran kepadanya, dan menurunkan pandangan ke bumi. Nabi Dawud pun bersabda, “Aku utusan Allah untuk kalian. Dia menitipkan salam untuk kalian dan menanyakanm ‘Apakah kalian tidak meminta sesuatu yang kalian butuhkan? Apakah kalian tidak meminta kepada-Ku? Aku pasti mendengarkan suara dan ucapan kalian, karena kalian adalah para pecinta-Ku, para sahabat-Ku, dan para kekasih-Ku. Aku senang jika kalian senang. Aku pun segera mencintai kalian. Setiap saat aku memperhatikan kalian, perhatian-Ku persis seperti perhatian seorang ibu yang penuh kelembutan pada anaknya.”

Mendengar hal tersebut, bulir-bulir airmata mengalir deras di pipi mereka. Salah seorang dari mereka yang telah berusia tua berkata: “Mahasuci Engkau! Mahasuci Engkau! Kami ini hanyalah hamba-Mu yang kecil dari keturunan hamba-Mu yang juga kecil. Ampunilah kami. Kami lalui umur kami dengan hati mengingat-Mu tak henti-hentinya.”

“Mahasuci Engkau! Mahasuci Engkau! Kami ini hanyalah hamba-Mu yang kecil dari keturunan hamba-Mu yang juga kecil. Apakah kami harus lancang berdoa, sementara Engkau tahu kami sama sekali tidak memerlukan apa-apa. Abadikan kami untuk menapaki jalan menuju kepada-Mu dan sempurnakanlah karunia itu kepada kami,” ucap salah seorang dari mereka.

“Kami begitu kerdil untuk mencari ridha-Mu. Maka, berikanlah pertolongan kepada kami dengan kemurahan-Mu,” ucap yang lain lagi.

“Dari air mani Engkau ciptakan kami. Engkau beri kami anugerah berpikir tentang kebesaran-Mu. Apakah orang yang sibuk dengan kebesaran-Mu dan berpikir tentang keagungan-Mu masih bisa lancang berbicara? Bukankah Engkau meminta kami untuk mendekati cahaya-Mu?” sahut yang lain.

“Lidah kami kelu untuk berdoa kepada-Mu, lantaran keagungan dan kedekatan-Mu pada para kekasih-Mu, karena begitu melimpah karunia-Mu kepada para pecinta-Mu,” kata yang lainnya lagi.

“Engkaulah yang telah menunjukkan hati kami untuk selalu mengingat-Mu. Engkau telah meluangkan waktu kami untuk menyibukkan diri bersama-Mu. Karena itu, ampunilah kami yang tak pandai bersyukur kepada-Mu.”
“Sungguh, Engkau telah mengetahui apa yang kami butuhkan. Kebutuhan itu tak lain hanyalah memandang wajah-Mu.”
“Bagaimana mungkin seorang budak dapat berbuat lancang kepada Tuannya? Tapi, jika Engkau perintahkan kami untuk berdoa, maka dengan kemurahan-Mu berilah kami cahaya dari lapisan-lapisan langit,” kata yang lainnya lagi.

“Kami mohon kepada-Mu sempurnakanlah nikmat-nikmat-Mu. Nikmat-nikmat yang telah Engkau limpahkan kepada kami dan telah Engkau utamakan kami dengan nikmat-nikmat itu.”
“Kami tidak memerlukan apa pun dari makhluk-Mu. Berikanlah anugerah memandang keindahan wajah-Mu.”

“Aku memohon kepada-Mu, butakanlah mata kami untuk memandang dunia dan penghuninya. Butakan juga hati kami untuk menyibukkan diri dengan akhirat. Sungguh, aku tahu Engau Mahabaik dan Mahatinggi. Engkau mencintai para kekasih-Ku. Maka, berilah kami anugerah untuk menyibukkan hati kami dengan Engkau semata dan tak sedikit pun disibukkan oleh selain Engkau.”

Kemudian Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Dawud a.s. “Katakan kepada mereka, ‘Aku sudah mendengar apa yang kalian ucapkan. Aku telah mengabulkan semua yang kalian inginkan. Sekarang, tinggalkan kawan kalian! Menyendirilah! Sebab, Aku akan menyingkapkan tirai antara Aku dengan kalian sehingga kalian dapat memandang cahaya dan keagungan-Ku.”

Anda mungkin menyukai postingan ini